Sejarah

BAB I
P E N D A H U L U A N
1. Umum.
a. Perjuangan membela Tanah Air dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia merebak diseluruh nusantara, begitu disadari ancaman dan dorongan berulang dari fihak penjajah. Setiap putera bangsa terpanggil untuk mengambil andil menegakan arti dan makna Proklamasi Kemerdekaan Republik 17 Agustus 1945, Situasi dan kondisi wilayah Indonesia khususnya geografis Indonesia yang terdiri beribu pulau besar dan kecil dengan keanekaragaman sosial, budaya, menyebabkan terjadinya perbedaan gerak dan corak perjuangan rakyat di setiap wilayah.
Sudah wajar bila tiap-tiap peringatan hari ulang tahun disuguhkan ulasan sejarah kelahiran/pertumbuhan serta perkembangan suatu kesatuan untuk dijadikan pedoman dan pelajaran, untuk diingat didalam mengisi, memupuk, membina dan meningkatkan segala sesuatu yang telah teracapai dengan baik. Sehingga dapat meningkatkan daya dan semangat didalam pengapdian kepada Bangsa dan Negara.
b. Sistimatika penulisan.
Dalam penulisan kegiatan kejadian-kejadian, Korem 073/Makutarama dalam perkembanganya mempunyai corak yang erat hubungannya dengan kejadian sehari-hari, keadaan organisasi satuan , keadaan daerah, keadaan lingkungan serta bentuk-bentuk kejadian diluar satuan. Dari sini penulis menyusun tulisan ini sesuai perkembangan situasi dan kondisi yang di hadapi.
c. Tujuan penulisan
Sejarah Satuan pada dasarnya adalah ,dasar dari pada bahan penulisan kegiatan sehari-hari/kejadian-kejadian di Satuan Korem 073/Makutarama yang cukup memadai untuk di catat /diangkat. Karya ini berisi kejadian-kejadian /peristiwa Korem 073/Mkt pada tahun 1985 sampai tahun 2010.
Sehubungan denga hal tersebut diatas, maka tulisan bertujuan :
1) Memberikan gambaran tentang kejadian-kejadian/peristiwa-peristiwa Korem 073/Makutarama mulai tahun 1985 sampai 2010, guna melengkapi sejarah dalam arti yang sebenarnya.
2) Memaparkan bentuk-bentuk peristiwa/kejadian yang pernah dilaksakan/dialami Korem 073/Makutarama sejak tahun 1985 sampai sekarang.
2. Maksud dan tujuan
a. Maksud . Untuk memberikan gambaran kepada Prajurit dan PNS tentang sejarah Korem 073/Makutarama agar mengerti dan mengetahui tentang sejarah di Satuan,sehingga memiliki kebangaan terhadap satuan yang mempunyai nilai sejarah.
b. Tujuan. Agar para Prajurit dan PNS mengerti tentang sejarah di Satuannya sehingga dapat terbentuk jiwa korsa yang solid dan tangguh serta memotifasi semangat kerja di Satuan.
BAB II
SEKITAR PEMBENTUKAN
1. Latar belakang pembentukan
a. Perkembangan Divisi Diponegoro
Periode tahun 1950 sampai tahun 1961 merupakan periode penampakan dan pembangunan bagi Korps Diponegoro.Tantangan-tantangan yang berupa pengacauan-pengacauan bersenjata dapat diatasi oleh divisi Diponeoro, bahkan menjadikan Kesatuan Divisi Diponegoro yang berada di Komando Tentara & Teritorium IV Jawa Tengah ini semakin kokoh dan dewasa dalam orgaisasi serta mutu keprajuritannya.
Pembangunan dari Angkatan Darat khususnya berjalan terus disamping menunaikan tugasnya yang berat, melakukan operasi-operasi keamanan dalam negeri. Demikian pula Divisi Diponegoro dengan seluruh kesatuannya. Pengalaman - pengalaman operasi dan hasil-hasil pendidikan dan latihan yang dijalankan secara berencana membawa kemajuan secara cepat. Divisi Diponegoro membentuk pasukan Raiders yang terkenal dengan nama Banteng Raiders juga tak dapat dikesampingkan pada tahun 1957, penugasan Kompi-kompi dari Divisi Diponegoro dalam Kontingen Batalyon Garuda I yang menjalankan tugas PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) ke Mesir. Sedangkan regrouping ke dalam juga berjalan terus menyesuaikan perkembangan pertahanan negara yang menuju pada organisasi Angkatan Darat secara reguler dan pembinaan peran wilayah.
b. Organisasi Kodam VII/Diponegoro sebagai alat Hankam
Dengan surat Keputusan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor : S/D/AP/49 tanggal 31 Oktober 1949, Gubernur Militer I dan II digabungkan menjadi “ Satu “ dengan nama Divisi III sebagai Panglimanya ditunjuk Kolonel Gatot Subroto semula Gubernur Militer I kemudian dengan Surat Keputusan KASAD Nomor : 893/KASAD/PNTP/50 tanggal 20 Juli 1950 tentang pembagian wilayah Indonesia menjadi 7 (tujuh) Territorium. Maka Jawa Tengah menjadi Territorium IV. Sebagai pengganti nama Divisi III yang meliputi wilayah Jawa Tengah. Kala itu terdiri dari 8 (delapan) Brigade.
Pada tanggal 5 Oktober 1950 tepat pada Hari Ulang Tahun ke 5 (lima) APRI, dengan Surat Keputusan Panglima Territorium Divisi Diponegoro Nomor : 34/B-4-D.III/50 dinyatakan secara resmi berlakunya dan harus dipakainya emblim Divisi Diponegoro dan sekaligus menghapus semua emblim yang dipakai sebelumnya. Selanjutnya oleh Panglima sendiri diumumkan Perubahan nama Divisi Diponegoro menjadi Territorium IV sebagai realisasi Pelaksanaan Surat Keputusan KASAD Nomor : 83/KASAD/PNTP/50 tanggal 20 Juli 1950.
Peristiwa ini terjadi dalam satu upacara besar HUT KE 5 (lima) di Kota Semarang.
Sehubungan dengan itu, diadakan pula penyerdehanaan (reformasi) atas Brigade. Kala itu terdiri atas 8 (delapan) Brigade, Brigade tersebut menjadi 5 (lima) Brigade maka lima hari kemudian dari tanggal 5 Oktober dengan Surat Keputusan Panglima Territorium IV tersusun sebagai berikut : (Instruksi Panglima Divisi III/TT.IV Nomor : 37/BI/D. III/ 50 tanggal 2 September 1950.
1. Brigade “N” ST.-I : Menjadi Brigade Yudonegoro meliputi Daerah-daerah
Banyumas, Pekalongan dan berkedudukan di purwokerto (Letkol. Moh Bahroen).
2. Brigade “O” ST.-II : Menjadi Brigade Pangeran Mangku Bumi meliputi
Daerah-Daerah Kedu dan Daerah Istimewa Yogyakarta, berkedudukan di Yogyakarta ( Letkol. Soeharto).
3. Brigade “P” ST-III : Menjadi Brigade penembahan meliputi daerah Surakarta
( Letkol. Slamet Riyadi ).
4. Brigade “Q” ST-IV : Menjadi Brigade Pragolo I meliputi Daerah Semarang,
berkedudukan di Kota Salatiga ( Letkol A.Yani).
5. Brigade “R” ST-IV : Menjadi Brigade Pragolo II meliputi Daerah Pati,
berkedudukan di Pati.( M. Letkol M.Sarbini).
Dengan penyederhanaan Brigade-brigade tersebut, maka bagi Brigade “Q” (Pragolo I ) Pimpinan Letkol. A. Yani dan Brigade Mayornya adalah Mayor Brotosewojo, mempunyai Komando taktis Batalyon-Batalyon Infanteri, terdiri dari :
1. Batalyon 420 : Komandan Mayor Darmono
2. Batalyon 422 : Komandan Mayor Maldi Yusuf
3. Batalyon 427 : Komandan Mayor Suryo Sumpeno yang semula dari ST.II.
4. Batalyon 428 : Komandan Kapten Moktiyo semula dari Tentara Pelajar
( Brigade 17 ).
Komandan Brigade “Q” ( Pragolo I ) sama halnya Brigade-brigade lainnya didalam masa peralihan ini merangkap sebagai Komandan Sub. Terr.dan selain pimpinan taktis atas Batalyon-batalyon Infanteri di Daerah Sub.Terr.yang bersangkutan sebagai Komandan Sub, Terr. Juga mempunyai hak kekuasaan organik dan administratief, jikalau ada perintah dari Panglima Tentara dan Territorium Jawa Tengah mengenai pembentukan atau organisasi Konsolidasi Satuan Infanteri maupun Jawatan/Dinas bantuan Daerah Sub. Terr. masing-masing.
Untuk Brigade ”R” ( Pagolo II ) Yang telah mendapatkan tugas dan berkedudukan didaerah Pati tidak berbeda dengan Brigade “Q” ( Pragolo I ). Sejak pelaksanaan penyederhanaan Bigade – Brigade maka Brigade “R’ ( Pragolo II )ini satuan Komandannya dibawah pimpinann Letkol M. Sarbini dan Sebagai Brigade Mayornya adalah Mayor Supardi dengan demikian Brigade “R” ( Pragolo II ) mempunyai Komando taktis.
Dengan Batalyon - atalyon Infanteri terdiri dari :
1. Batalyon 421 : Komandan Kapten Pitoyo
2. Batalyon 423 : Komandan Mayor Basyuno
3. Batalyon 424 : Komandan Mayor Partono
4. Batalyon 425 : Komandan Kapten Harjo Kusumo
5. Batalyon 426 : Komandan Mayor Munawar
Adapun hak kekuasaan organik dan administratif tidak berbeda pula dengan Brigade lainnya.
c. Proses perkembangan perubahan organisasi
( Penggabungan Brigade “Q” – Brigade “R” )
Meneliti proses perkembangan Angkatan Perang kita, maka jelaslah bahwa Angkatan Perang Republik Indonesia atau TNI itu mempunyai sifat-sifat karakteristik yang khusus, yang kas, yang membentuk pola organisasi dan mental serta tradisi baru dalam sejarah kemiliteran pada umumnya. Fungsi TNI ialah sebagai alat Hankam dan Sospol.
Sebagai alat Hankam dan Sospol TNI pada waktu itu harus mempersiapkan dan menyempurnakan dirinya untuk menjadi Angkatan Perang yang kuat dan mampu melakukan pembelaan atau mempertahankan kedaulatan Negaranya sesuai dengan jamannya. Baik untuk menghadapi Perang secara reguler atau Konfensionil maupun untuk melakukan Perang Wilayah secara total. Oleh karena itu, perkembangan organisasinya terus menerus berproses mencari bentuk yang paling tepat sesuai dengan fungsinya.
Sebagai alat Revolosi TNI pada waktu itu adalah merupakan alat Perjuangan yang tidak lepas dari persoalan-persoalan pokok Revolosi dan Program-program Perjuangan Nasional secara keseluruhan. Sebab TNI pun menjadi salah satu Exponen atau unsur dari pada unsur kekuatan pokok. Revolosi Indonesia, berdasarkan fungsi yang kedua ini, maka TNI diikut sertakan pula dalam lembaga-lembaga Kenegaraan, baik dibidang politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. sehingga, TNI mempunyai pula peranan Perjuangan di sektor-sektor Legeslatif dan Exsekutif pada waktu itu. Untuk melaksanakan kedua fungsi itu,TNI mempunyai landasan gerak dan jalan pendekatannya yakni : landasan idiologi Negara ialah Pancasila dan jalan pendekat Sapta Marga ( kita tidak boleh menyimpang dari landasan ini untuk tidak tersesat* ).
Setelah penyederhanaan Brigade-Brigade selesai dan pelaksanaannya tidak mengalami kepincangan-kepincangan yang berarti, sekaligus keamanan dapat terjamin, walaupun sejak permulaan tahun 1950 didaerah Gunung Merapi dan Merbabu timbul gerombolan bersenjata yang beraliran extrim kiri, yang mengganggu keamanan tersebut mula-mula berupa tindakan–tindakan demontratif terhadap Pemerintah RIS. Dengan menggunakan rasa tidak puas dengan Persetujuan KMB, yang langsung kepentingannya di rugikan serta para kurban Re Ra ( Reorganisasi dan Rasionalisasi ) tahun 1948 dan tenaga – tenaga TNI yang tak digunakan atau masuk formasi APRIS. Oleh Panglima Divisi Diponegoro persoalan tersebut betul-betul dianggap gawat.
Maka pada tanggal 10 – 2 – 1951 perintah operasi Merapi Merbabu Komplek dikeluarkan dengan nama “ Merdeka Timur II “ kesatuan – kesatuan yang ditempatkan dalam operasi MT- II ada delapan Batalyon terdiri dari kesatuan-kesatuan Brigade “Q”, Brigade “R” Brigade “P” dan Brigade “O” langsung dibawah Komando Panglima Divisi dan sebagai kepala stafnya adalah Letnan Kolonel Suwadi Suromiharjo. Tenaga-tenaga Kesatuan Territorial ( DIM-DIM ) serta Polisi Negara dikerahkan pula dalam operasi MT-II ini.
Dengan adanya situasi keamanan mulai normal kembali maka pada tanggal 9 April 1951 Ko Operasi MM dibawah pimpinan Letkol Suwadi dibubarkan.
Selanjutnya Operasi MM menjadi tanggung jawab ke Brigade “P” dan sekaligus Operasi Militer berubah menjadi “ Operasi Konsolidasi “ yang maksudnya merupakan persiapan pengembalian kekuasaan Instansi Militer kepada Instansi Sipil. Demikianlah peristiwa gerombolan MMC serta peranan ( TNI-AD ) Divisi Diponegoro dalam penumpas gerombolan MMC tersebut.
Dalam masa konsolidasi yang berat tersebut telah dialami perubahan – perubahan antara lain : Pada tanggal 1-11-1951 dengan surat keputusan Panglima TT IV Nomor : 83/B – 4 /D. III/51 tanggal 30-10-1951 Brigade Pragolo I digabungkan menjadi satu dengan Brigade Pragolo II dengan nama Brigade “ PRAGOLO”.
Perihal pergantian Komando Brigade Pragolo Sub. Terr. IV ( Dari Brigade “R”/Pragolo I yang semula berkerdudukan di Pati dibawah Pimpinan Letkol M. Sarbini dan Brigade “Q” /Pragolo II yang semula dibawah Pimpinan Letkol Soeharto ).
Berdasarkan Surat Perintah Harian Panglima Divisi Diponegoro Nomor : 526/A. I/D. III/51 tanggal 29-10-1951 maka tersusunlah Brigade Pragolo baru. Penyerahan nama berlangsung pada tanggal 17 Nopember 1951 adapun serah terima pergantian Komando Brigade Pragolo dilaksanakan pada tanggal 21 Nopember 1951 jam 10.00 bertempat di Lapangan Kridanggo Salatiga antara penjabat lama Letkol M. Sarbini Martodiharjo dengan penjabat baru Letkol Soeharto beserta Brigade Mayornya Mayor Supardi dengan penggabungan diatas maka Territorium IV Divisi Diponegoro terdiri atas 4 (empat ) Brigade dan dibagi 4 (empat ) Sub Territorium sbb :
1. Sub Terr I : meliputi daerah Banyumas dan Pekalongan
2. Sub Terr II : meliputi daerah Kedu dan Yogyakarta
3. Sub Terr III : meliputi daerah Surakarta
4. Sub Terr IV : meliputi derah Semarang dan Pati
Jelaslah bahwa dengan demikian nama Brigade Pragolo telah lengkap dengan jabatan Brigade Pragolo Sub Territorium IV dan berkedudukan di Salatiga. Dalam proses penggabungan kedua Brigade tersebut ( Surat Perintah Harian Panglima Divisi Diponegoro Nomor : 526/A.I/D.III/51 tanggal 29 Oktober 1951 ( bagi anggota-anggota Batalyon di klasifikasikan menjadi beberapa ketagori-katagori :
Amanat Panglima Daerah Militer VII/Diponegoro. Pada Dwi Windu usia APRI
C. I. Masuk kern formasi
A. I. Masuk untuk dipensiun
B. Ditolak untuk tetap dalam organik, karena fisik
C. II. Ditolak untuk tetap dalam organik kerena moril.
C. III. Atas kemauan sendiri minta berhenti, kecuali C I sementara ditampung wadah
DSS.
Adapun Satuan-satuan Batalyon yang taktis dibawah Brigade Pragolo ST.IV adalah Batalyon 420 s-d Batalyon 428.
Sedangkan kekuatan dan Pimpinan Batalyon, sbb :
a. Batalyon 420 : Komandan Mayor Sudarmono kekuatan orang
jumlah 720 orang.
b. Batalyon 421 : Komandan Kapten Pitoyo (PD), kekuatan orang
jumlah 594 orang.
c. Batalyon 422 : Komandan Mayor Maladi Yusuf, kekuatan orang
jumlah 88 orang.
d. Batalyon 423 : Komandan Mayor Basuno, kekuatan orang
jumlah 961 orang.
e. Batalyon 424 : Komandan Mayor Partono, kekuatan orang
jumlah 826 orang.
f. Batalyon 425 : Komandan Kapten Hardjokusumo, kekuatan
orang jumlah 736 orang.
g. Batalyon 427 : Komandan Mayor Suryo Sumpeno, kekuatan
orang jumlah 845 orang.
h. Batalyon 426 : Komandan Mayor Munawar, kekuatan orang
jumlah 736 orang.
i. Batalyon 428 : Komandan Kapten Muktiyo, kekuatan orang
jumlah 573 orang.
Dengan demikian Brigade Pragolo ST.IV mempunyai 9 (sembilan) Batalyon yang masing-masing Batalyon jelas berasal dari :
1. Brigade “Q” (PragalaI) 2. Brigade “R” (Pragala II)